Ideawal dari pembuatan teh kulit salak ini datang dari Muhammad Subhkan, selaku penggerak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Restu Mujtaba di Desa Wedi. Ia ingin memanfaatkan limbah yang tak terpakai dari buah salak. Di Pokdarwis Restu Mujtaba yang dipimpin oleh Subhkan, buah salak memang diolah menjadi beragam jenis penganan. Mulai dari kurma
This study aims to treat salacca peel and secang wood waste into herbal tea and analyze the phytochemical content and antioxidant capacity and organoleptic test of the products made. Salak skin waste samples were taken at the salak center in Sibetan Village and secang wood obtained in Tenganan Village, Karangasem. Antioxidant capacity testing was carried out in the Laboratory Service Unit of the Faculty of Agricultural Technology at UNUD, and phytochemical tests at the Health Polytechnic Department of Denpasar. Organoleptic tests were carried out on 20 panelists. Tea is made by mixing secang wood powder which has been mashed with salak skin powder using 3 variations, namely VR1 gram gram, VR2 1gram 1 gram, VR3 gram gram , then soaked in hot water and results showed that Cang Salak Tea with variations of VR1, VR2, and VR3 has active phytochemical content of flavonoids, tannins, alkaloids, terpenoids, and phenols. These compounds have the potential for degenerative diseases. Antioxidant capacity in VR1, VR2, and VR3 are and mg / L GAEAC. The difference in content is caused by the presence of antioxidants in higher secang wood compared to bark. The tea has the potential to be developed into an antioxidant drink which is useful for the prevention and control of degenerative diseases. Organoleptic tests showed that Cang Salak tea products with various variations were favored by panelists. The most preferred color is in VR1, the aroma is on VR3, and it feels on VR2. Future studies require strength tests of antioxidant activity and in vitro or in vivo testing of Cang Salak tea for degenerative diseases Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Meditory Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 27 TEH CANG SALAK TEH DARI LIMBAH KULIT SALAK DAN KAYU SECANG YANG BERPOTENSI UNTUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT DEGENERATIF I Wayan Karta1, 2Putu Annand Kurnia Iswari, 3Luh Ayu Nanamy Khrisnashanti Eva Susila 1Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Denpasar 2 KIRS 4 Denpasar 3Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Sanitasi Sidakarya, Denpasar Email iwayankartaganesh Abstract Background Salacca peel and secang wood contain secunder metabolite that use for health, so is needed the practice health product like a tea. Objective This study aims to treat salacca peel and secang wood waste into herbal tea and analyze the phytochemical content and antioxidant capacity and organoleptic test of the products made. Methods Salacca peel waste samples were taken at the salak center in Sibetan Village and secang wood obtained in Tenganan Village, Karangasem. Antioxidant capacity testing was carried out in the Laboratory Service Unit of the Faculty of Agricultural Technology at UNUD, and phytochemical tests at the Health Polytechnic Department of Denpasar. Organoleptic tests were carried out on 20 panelists. Tea is made by mixing secang wood powder which has been mashed with salak skin powder using 3 variations, namely VR1 gram gram, VR2 1gram 1 gram, VR3 gram gram , then soaked in hot water and analyzed. Result The results showed that Cang Salak Tea with variations of VR1, VR2, and VR3 has active phytochemical content of flavonoids, tannins, alkaloids, terpenoids, and phenols. These compounds have the potential for degenerative diseases. Antioxidant capacity in VR1, VR2, and VR3 are and mg / L GAEAC. The difference in content is caused by the presence of antioxidants in higher secang wood compared to bark. The most preferred color is in VR1, the aroma is on VR3, and it feels on VR2. Conclusion The tea has the potential to be developed into an antioxidant drink which is useful for the prevention and control of degenerative diseases. Organoleptic tests showed that Cang Salak tea products with various variations were favored by panelists. Future studies require strength tests of antioxidant activity and in vitro or in vivo testing of Cang Salak tea for degenerative diseases. Keywords salacca, secang wood, antioxidant, tea, degenerative disease PENDAHULUAN Penyakit degeneratif adalah penyakit akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tubuh mengalami defisiensi produksi enzim dan hormon, imunodefisiensi, peroksida lipid, kerusakan sel DNA danpembuluh darah. Secara umum dikatakan bahwa penyakit ini merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua. Penyakit degeneratif disebut juga sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan. Pesatnya perkembangan penyakit tersebut telah mendorong masyarakat luas untuk memahami dampak yang ditimbulkannya. Menurut WHO, hingga I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 28 akhir tahun 2005 saja penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di seluruh dunia. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain kanker, diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan sebagainya. Dari berbagai hasil penelitian modern diketahui bahwa munculnya penyakit degeneratif mempunyai kaitan cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang. Meskipun faktor keturunan juga berperan cukup besar. Pergesaran pola hidup termasuk pola makan menyebabkan ketidakseimbangan antara senyawa antioksidan dan prooksidan dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya stress oksidatif yang berujung pada terjadinya beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, atherosclerosis, kanker, cardiovaskuler. Salah satu upaya untuk menekan terjadinya stress oksidatif pada tubuh adalah dengan menyeimbangkan jumlah antioksidan dan prooksidan dalam tubuh dengan cara mengkonsumsi makanan sebagai sumber senyawa bioaktif untuk meningkatkan kapasitas antioksidan plasma. Oleh karena itu, dibutuhkan produk pangan yang memiliki kandungan aktif antioksidan yang berpotensi untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit degeneratif. Dalam penelitian ini akan dikembangkan produk berupa teh dari limbah kulit salak dari Agrowisata Salak Desa Sibetan dan kayu secang dari Desa Tenganan Kabupaten Karangasem. Bentuk produk ini berupa celup bubuk kulit salak yang dicampur dengan serbuk kayu secang dan dikemas. Produk ini akan dikenal sebagai teh Cang Salak. Istilah “Teh” memiliki makna yang cukup luas, tidak hanya berlaku untuk sebutan tanaman Camellia sinensis pohon teh. Semua jenis minuman dari tanaman apapun yang disajikan dengan cara diseduh bisa disebut sebagai “Teh”. Berbagai jenis minuman yang dihasilkan dari daun, kulit, akar, bunga tumbuhan lain selain tanaman teh juga disebut dengan istilah teh. Misalnya adalah teh ginseng, teh I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 29 bunga melati, teh daun sirsak, teh bunga rosela atau teh krisan1. Kulit salak di Agro Abian Salak Desa Sibetan selama ini belum dimanfaatkan, padahal kulit salak memiliki manfaat untuk kesehatan. Sebagian masyarakat percaya dan pernah mencoba meminum air seduhan kulit salak untuk mengatasi penyakit diabetes. Ekstrak etanol kulit buah salak mengandung metabolit sekunder alkaloid, polifenolat, flavonoid, tanin, kuinon, monoterpen dan seskuiterpen dengan parameter standar simplisia non spesifik berupa kadar air sebesar 13,25%, kadar abu total sebesar 5,61% dan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,50%2. Kayu secang mengandung asam galat, tanin, resin, resorsin, brazilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, minyak atsri. Ekstrak kayu secang Caesalpinia sappan L. hasil penapisan mengandung lima senyawa aktif yang terkait dengan flavonoid baik sebagai antioksidan primer maupun antioksidan sekunder. Telah diketahui ternyata flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kayu secang memiliki sejumlah kemampuan yaitu dapat meredam atau menghambat pembentukan radikal bebas hidroksil, anion superoksida, radikal peroksil, radikal alkoksil, singlet oksigen, hidrogen peroksida3. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dibuat produk teh Cang Salak untuk dikembangkan menjadi minuman berantioksidan yang bermanfaat bagi penyakit degeneratif. Sehingga dalam penelitian ini diuji kandungan fitokimia dan kadar antioksidan produk teh Cang Salak serta uji organoleptik untuk melihat kesukaan dari masyarakat dalam hal ini panelis. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui hasil uji fitokimia, kapasitas antioksidan, dan uji organoleptik dari variasi komposisi teh dari kayu secang dan kulit salak. Data primer berupa uji fitokimia dan uji kapasitas antioksidan pada sampel teh dilakukan dengan cara pengujian di laboratorium. Uji fitokimia alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid, saponin, fenol, dan tanin dilakukan langsung di laboratorium Kimia Terapan Jurusan Analis Kesehatan, sedangkan kapasitas antioksidan dilakukan di Unit Layanan Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Pada uji organoleptik diuji mengenai aroma, rasa I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 30 dan warna pada kulit yang diberikan kepada 20 orang. Tahapan penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Formulasi teh dibuat dengan tiga jenis formulasi yaitu 1 Formulasi VR 1 dibuat dengan mencampurkan serbuk kayu secang sebanyak 1,5 gram dengan 0,5 gram serbuk kulit salak; 2 Formulasi VR2 dibuat dengan mencampurkan serbuk kayu secang sebanyak 1,0 gram dengan 1,0 gram serbuk kulit salak; dan 3 Formulasi VR3 dibuat dengan mencampurkan serbuk kayu secang sebanyak 0,5 gram dengan 1,0 gram serbuk kulit salak. Data yang telah diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan organoleptik diolah secara manual dan dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi dengan kajian pustaka yang relevan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Fitokimia dan Kapasitas Antioksidan Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif menggunakan reagen yang sesuai dan dihasilkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia pada Variasi Formulasi “Teh Cang Salak” Uji kapasitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometer, dan dihasilkan data seperti Tabel 2. Tabel 2. Analisa Kapasitas Antioksidan pada Variasi Formulasi“Teh Cang Salak” Kapasitas Antioksidan mg/L GAEAC I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 31 Hasil Uji Organoleptik 1 Hasil Penilaian Warna Gambar 1. Hasil Uji Penilaian Warna Teh Cang Salak 2 Hasil Penilaian Rasa Gambar 2. Hasil Uji Penilaian Rasa Teh Cang Salak I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 32 3 Hasil Penilaian Aroma Gambar 3. Hasil Uji Penilaian Aroma Teh Cang Salak Tabel 1 menunjukkan kandungan fitokimia yang terdapat pada masing-masing formula campuran. Ketiga formulasi menunjukkan adanya kandungan fitokimia yang sama. Hal in berarti kandungan aktif yang terdapat pada masing-masing sampel masih ada walaupun berbeda campuran. Masing-masing sampel mengandung adanya flavonoid, tannin, alkaloid, terpenoid dan persenyawaan fenol. Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan kadar antioksidan pada masing-masing formulasi sampel. Formulasi VR1 menunjukkan kadar antioksidan lebih tinggi, sedangkan VR3 memiliki kadar yang paling rendah. Hal ini terjadi karena kandungan antioksidan pada kayu secang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit salak. Ekstrak kayu secang Caesalpinia sappan L. hasil penapisan mengandung lima senyawa aktif yang terkait dengan flavonoid baik sebagai antioksidan primer maupun antioksidan sekunder. Kulit salak lebih sedikit mengandung antioksidan tetapi memiliki metabolit sekunder lainnya yang berpotensi dalam pencegahan penyakit degeneratif. I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 33 Ketiga formulasi memiliki kandungan flavonoid yang berpotensi dalam pencegahan penyakit degeneratif. Uji positif adanya flavonoid menunjukkan sampel memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Antioksidan dapat menghentikan proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas. Antioksidan akan menetralisir radikal bebas sehingga tidak mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron dari sel dan DNA. Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 empat macam mekanisme reaksi yaitu pelepasan hidrogen dari antioksidan, pelepasan elektron dari antioksidan, addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan, serta pembentuk senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan4. Flavonoid dapat bekerja sebagai antioksidan untuk melindungi stres oksidatif sel. Mekanisme kerja flavonoid yang berhubungan pada efek penyakit yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain, 1 Efek antiaterosklerosis. Sifat antioksidan flavonoid berpengaruh pada sistem vaskular. Radikal oksigen dapat mengoksidasi LDL, yang menyebabkan kerusakan dinding sel endotel dan berubah menjadi aterosklerosis, 2 Antiinflamasi. Siklooksigenase dan lipoksigenase memegang peran penting dalam mediator inflamasi. Oksidasi asam arakidonat yang melepaskan kedua zat tersebut dimulainya respon inflamasi. lipoksigenase yang menghasilkan senyawa kemotaktik dari asam arakidonat untuk melepaskan sitokin. Adanya senyawa fenolat dapat menghambat kedua jalur siklooksigenase dan lipoksigenase. Kuersetin menghambat aktivitas kedua jalur tersebut dengan cara menurunkan pembentukan metabolit inflamasi, 3 Efek antitumor. Efek anatitumor dari flavonoid masih diteliti. Sistem antioksidan yang tidak adekuat jumlahnya akan menyebabkan kerusakan sel dari radikal bebas. Oksigen reaktif dapat merusak DNA dan divisi sel dengan mengubah pasangan basa yang disebut dengan mutasi. Jika perubahan ini ditemukan dalam gen kritis seperti onkogen pada gen supresor tumor akan membentuk I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 34 inisiasi atau progresif. Spesies oksigen reaktif ROS dapat bereaksi langsung pada gen sinyal dan pertumbuhan. Kerusakan sel akibat radikal bebas oksigen dapat menurunkan mitosis, menambah kerusakan DNA bentuk mutasi dan menambah paparan terhadap DNA ke mutagen. Flavonoid dapat menghambat karsinogenesis. Beberapa flavonoid seperti fisetin, apigenin dan luteolin adalah inhibitor poten dalam proliferasi sel, 4 Efek antitrombogenik. Flavonol adalah partikel antitrombogenik, karena partikel tersebut dapat langsung membersihkan radikal, dengan mempertahankan konsentrasi prostasiklin endotel dan nitrik oksida. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa flavonoid merupakan bahan yang kuat untuk menghambat aktivitas jalur siklooksigenase dan lipoksigenase, 5 Efek Antivirus, dan 6 Efek antiosteoporosis5. Adanya tannin, polifenol, alkaloid, dan terpenoid mendukung pemanfaatan produk Teh Cang Salak untuk antidiebetes. Mekanisme kerja berbagai tanaman yang mempunyai efek antidiabetes di antaranya adalah mempunyai kemampuan sebagai astringen yang dapat mempresipitasikan protein selaput lendir usus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi, misalnya tannin. Kemudian mempercepat keluarnya glukosa dari sirkulasi, dengan cara mempercepat peredaran darah yang erat kaitannya dengan kerja jantung dan dengan cara mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal sehingga produksi urin meningkat, laju ekskresi glukosa melalui ginjal meningkat sehingga kadar glukosa dalam darah menurun dan mekanisme mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan metabolisme atau memasukan ke dalam deposit lemak. Proses ini melibatkan pankreas untuk memproduksi insulin6. Selain beberapa mekanisme tersebut, terdapat mekanisme lain dalam hal mendukung penghambatan komplikasi pada penderita diabetes mellitus yaitu adanya antioksidan dan komponen senyawa polifenol yang menunjukkan dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan ekspresi TNF-α. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai mekanisme sehingga dapat mengurangi I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 35 komplikasi diabetes melalui pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF-α7. Metabolit sekunder dari kulit buah salak yang memungkinkan berpengaruh pada penurunan glukosa darah yaitu adanya tanin dan flavonoid. Dimana tannin bekerja sebagai astringen yang mempresipitasi protein pori-pori disaluran cerna dan mengurangi absorpsi glukosa serta kerja dari flavonoid yang bersifat antioksidan untuk mencegah stres oksidatif penyebab dari komplikasi penderita diabetes mellitus serta dapat pula membantu mensekresi insulin dari sel β-pankreas8. Alkaloid terbukti mempunyai kemampuan regenerasi sel β-pankreas yang rusak. Alkaloid juga mampu memberi rangsangan pada saraf simpatik yang berefek pada peningkatan sekresi insulin. Kerja alkaloid dalam menurunkan gula darah dalam mekanisme ekstrak pankreatik yaitu dengan cara meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, menghambat absorpsi glukosa di usus, merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis glukosa. Berdasarkan hal tersebut, teh Cang Salak memiliki potensi untuk pencegahan dan penatalaksanaan penyakit degeneratif akibat adanya radikal bebas, seperti diabetes mellitus. Berdasarkan pada uji organoleptik menunjukkan diterimanya produk oleh para panelis Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. Secara umum menyatakan akan kesukaan akan produk ketiga varian tersebut. Dari ketiganya, VR1 lebih disukai dari segi warnanya, sedangkan aromanya lebih banyak pada VR3, dan rasanya pada VR2. Warna yang menarik ditimbulkan oleh adanya kayu secang lebih banyak pada VR1 yang banyak mengandung senyawa brazilin. Kemudian aroma lebih muncul dengan adanya penambahan kulit salak. Untuk ke depannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekuatan antioksidan dan pengujian lebih lanjut tentang sejauh mana teh Cang Salak bisa digunakan antioksidan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan dalam penelitian sebagai berikut 1 Teh Cang Salak memiliki kandungan aktif fitokimia flavonoid, tannin, alkaloid, terpenoid, dan fenol pada ketiga variasi. 2 Kapasitas antioksidan tertinggi ditemukan pada VR1 yaitu 343,88 mg/L GAEAC. Perbedaan kandungan tersebut diakibatkan oleh adanya antioksidan I Wayan Karta, dkk., Teh Cang SalakTeh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 7, No. 1, Juni 2019 Hlm. 27 – 36, 36 pada kayu secang lebih tinggi dibandingkan dengan kulit salak. 3 Uji organoleptik menunjukkan produk teh Cang Salak yang paling disukai adalah pada VR1, aromanya pada VR3, dan rasanya pada VR2. Daftar Pustaka 1. Azzamy. 2015. 4 Jenis Teh Terpopuler dan Manfaatnya. Diakses pada diakses tanggal 7 September 2018 2. Fitrianingsih F. Lestari, S. Aminah. 2014. Uji Efek Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak [Salacca Zalacca Gaertner Voss] Dengan Metode Peredaman DPPH. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 3. 2008 Caesalpinia sappan. Direktorat Obat Asli Indonesia. 4. Sayuti, K., R. Yenrina. 2015. Antioksidan, Alami dan Sintetik. Padang Andalas University Press 5. Prasain, Wyss. 2010. Flavonoids and Age Related Disease Risk, benefits and critical. Maturitas. 2010 June ; 662 163–171. doi 6. Widowati, W., 2008, Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, JKM, 72, 1-11. 7. Tiwari, A. K. and J. M. Rao, 2002, Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of phytochemicals Present status and future prospect, Current Science, vol 83, 1 30-38. 8. Suarsana, I. I., 2009, Aktivitas Hipoglikemik dan Anti Oksidatif Ekstrak metanol Tempe pada Tikus Diabetes, Institut Pertanian Bogor, Bogor. ... Saat ini inovasi bahan dasar dari minuman teh mulai berkembang, seperti teh dari kelopak bunga, buah-buahan, rempah-rempah, bahkan teh yang berasal dari daun-daunan juga sudah mulai banyak dikembangkan. Penyajian minuman teh pada umumnya dalam bentuk potongan daun kering tubruk, serbuk, dan kantong celup [3]. Bahan dasar lain yang dapat dijadikan inovasi baru dalam pembuatan teh adalah kulit buah salak. ...Reynanda Bagus Widyo AstomoMochamad Angga SyahputraAida MahmudahSnakefruit rind which has been treated as waste has not been optimally processed, in fact it is only used as waste by the community, even though snakefruit peel can be reprocessed into herbal tea for snakefruit peel. Snakefruit skin has a high content of antioxidants and polyphenols. This service activity aims to introduce new innovative products from processed zalacca peels, namely herbal teas at Micro, Small and Medium Enterprises in Wonosalam Village, Jombang Regency. The main process for making tea from bark is drying at a temperature of 60 0C and drying time for 7 hours. This service activity was carried out in August 2022 at the Wonosalam Village community activity workshop and the introduction process was carried out at Micro, Small and Medium Enterprises for soft drink products in Sumber Hamlet, Wonosalam Village. The parameter used to differentiate the quality of herbal teas is the respondent's satisfaction index on the color, taste and aroma of herbal tea. Where the highest satisfaction is in bark tea with Screwpine aroma, which is as much as 75% of the total respondents.... Teh ini memiliki kandungan antioksidan yang berpotensi untuk pencegahan dan penatalaksanaan penyakit degeneratif. Uji organoleptik menunjukkan produk teh Cang Salak yang paling disukai adalah pada VR1, aromanya pada VR3, dan rasanya pada VR2 Karta et al., 2019. Selain produk teh, nantinya dalam program pengembangan kewirausaan ini adalah kopi biji salak, cuka salak, dan kurma salak. ... I Wayan Waya KartaBurhannuddinI Putu SuiraokaMahasiswa perlu memiliki bekal kewirausahaan, sehingga selain memiliki kemampuan dalam bidang ilmu juga memiliki kemampuan daya saing dalam wirausaha. Selama ini produk olahan salak di Agro Abian Salak terdapat permasalahan mengenai pemasaran produk. Dalam upaya meningkatkan jiwa wirausaha dan pendapatan alumni dan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Denpasar, maka permasalahan diberikan solusinya adalah pengembangan produk, produksi produk, dan pemasaran produk salak Sibetan. Mahasiswa dibentuk kelompok dan dilatihkan dari proses produksi hingga pemasaran. Metode dalam kegiatan ini menggunakan Metode pendekatan Participatory Action Learning System PALS. Pada proses kegiatan dilakukan dengan cara daring dan luring. Khalayak sasaran dalam program ini adalah melibatkan 20 calon wirausaha. Berdasarkan hasil program ini tenants telah memiliki pengetahuan dan motivasi dalam kegiatan kewirausahaan ditunjukkan dengan komitmen melakukan usaha, labeling, promosi, dan penjualan. Program ini telah memberikan modal awal untuk berwirausaha kepada tenant, sehingga selanjutnya bisa menjadi wirausaha muda. Peserta telah mampu membuat produk kemasan dan labeling produk, serta memasarkannya di media sosial, warung, dan toko online. Peserta telah melalui proses pembinaan meliputi 3 fase yaitu fase penyadaran kewirausahaan, fase pengkapasitasan dan pendampingan, serta fase pelembagaan dan kerjasama. Agro Abian Salak telah dibantu proses pemasaran dan penjualan produknya sehingga mendorong pengembangan dan peningkatan usaha bagi pelaku Sholihah Fadhil Muhammad TarmidziSalak is only used for the flesh of the fruit, for the peel and seeds of salak, it has not been widely developed into a product and only becomes waste. Consumption of peel is generally made in the form of extracts such as tea, where the peel is dried and then after drying it is mashed into powder and brewed using hot water. The use of hot water needs to attention to the temperature and brewing time because it can affect the amount of nutrient content in the peel tea. The temperature and brewing time affect the direct contact between water and the peel extract powder. The temperature used is 80,90,100 oC with a time of 5,7,10 minutes. The analyzes carried out were analysis of raw material moisture content, analysis of brewing quality, and chemical analysis antioxidants, caffeine, tannins, and total sugar. The results showed that the best results were at 80oC for 10 minutes, the antioxidant content was mg/ml, caffeine mg/ml, tannins mg/ml. The 80oC temperature treatment with a time of minutes resulted in the highest total sugar content of Ashok TiwariJ. Madhusudana RaoAccording to recent estimates, the human population worldwide appears to be in the midst of an epidemic of diabetes. Despite the great strides that have been made in the understanding and management of diabetes, the disease and disease-related complications are increasing unabated. Parallel to this, recent developments in understanding the pathophysiology of the disease process have opened up several new avenues to identify and develop novel therapies to combat the diabetic plague. Concurrently, phytochemicals identified from traditional medicinal plants are presenting an exciting opportunity for the development of new types of therapeutics. This has accelerated the global effort to harness and harvest those medicinal plants that bear substantial amount of potential phytochemicals showing multiple beneficial effects in combating diabetes and diabetes-related complications. Therefore, as the disease is progressing unabated, there is an urgent need of identifying indigenous natural resources in order to procure them, and study in detail, their potential on different newly identified targets in order to develop them as new therapeutics. This article presents an overview of multiple aspects of the pathobiology of diabetes mellitus and multi-modal therapeutic effect of medicinal plants/phytochemicals and discusses the present status and future prospects of these derived products are consumed by a large percentage of the population to prevent, delay and ameliorate disease burden; however, relatively little is known about the efficacy, safety and underlying mechanisms of these traditional health products, especially when taken in concert with pharmaceutical agents. The flavonoids are a group of plant metabolites that are common in the diet and appear to provide some health benefits. While flavonoids are primarily derived from soy, many are found in fruits, nuts and more exotic sources, kudzu. Perhaps the strongest evidence for the benefits of flavonoids in diseases of aging relates to their effect on components of the metabolic syndrome. Flavonoids from soy, grape seed, kudzu and other sources all lower arterial pressure in hypertensive animal models and in a limited number of tests in humans. They also decrease the plasma concentration of lipids and buffer plasma glucose. The underlying mechanisms appear to include antioxidant actions, central nervous system effects, gut transport alterations, fatty acid sequestration and processing, PPAR activation and increases in insulin sensitivity. In animal models of disease, dietary flavonoids also demonstrate a protective effect against cognitive decline, cancer and metabolic disease. However, research also indicates that the flavonoids can be detrimental in some settings and, therefore, are not universally safe. Thus, as the population ages, it is important to determine the impact of these agents on prevention/attenuation of disease, including optimal exposure intake, timing/duration and potential Efek Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah SalakS P FitrianingsihF LestariS AminahFitrianingsih F. Lestari, S. Aminah. 2014. Uji Efek Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak [Salacca Zalacca Gaertner Voss]Antioksidan, Alami dan SintetikK SayutiR YenrinaSayuti, K., R. Yenrina. 2015. Antioksidan, Alami dan Sintetik. Padang Andalas University PressPotensi Antioksidan sebagai AntidiabetesW WidowatiWidowati, W., 2008, Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, JKM, 72, Hipoglikemik dan Anti Oksidatif Ekstrak metanol Tempe pada Tikus DiabetesI I SuarsanaSuarsana, I. I., 2009, Aktivitas Hipoglikemik dan Anti Oksidatif Ekstrak metanol Tempe pada Tikus Diabetes, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
JurnalTeknik Kimia USU, Vol. 6, No. 4 (Desember 2017) 46 dan efisien, waktu perawatan yang singkat, dan konsumsi energi yang rendah [8]. Salak terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit luar, daging buah dan biji. Tekstur kulit buahnya yang bergerigi menyerupai kulit ular sehingga dikenal juga dengan snakefruit. Kulit salak yang masih
INDOZONEID - Belum lama ini viral semua video di media sosial, seorang wanita membuat teh herbal dari kulit salak. Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi kulit salak juga memiliki manfaat kesehatan seperti dagingnya, yakni baik untuk mengatasi penyakit diabetes tipe 2. Beberapa netizen tampaknya tidak setuju dengan cara pembuatan teh herbal
IWayan Karta, dkk., Teh Cang Salak:Teh dari Limbah Kulit Salak dan Kayu Secang yang Berpotensi Untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak
PembuatanEkstrak Pertama pengumpulan kulit salak dari 20 kg buah salak yang sudah dikupas terlebih dahulu. Membuat ekstrak kulit salak mengunakan teknik maserasi ulang, dimana kulit salak yang sudah diblender, ditimbang dulu sekitar 150 g lalu diekstraksikan dengan 900 ml larutan etanol 70% menggunakan
REPUBLIKACO.ID, MALANG -- Peneliti dari kalangan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mengungkapkan, limbah kulit salak yang sudah diolah menjadi serbuk teh mampu menjadi obat penurun panas dan diabetes.'Ide dasar pembuatan teh dari kulit salak ini bermula dari keinginan kami untuk memanfaatkan limbah kulit salak karena mengandung unsur aktif 'Cinamic acid derivative
. 347 215 486 135 377 421 375 361
jurnal pembuatan teh dari kulit salak